PRINSIP KOREKSI MYOPI,
HIPERMETROPI, PRESBIOPI
Mata merupakan salah satu sistem
indera yang berfungsi sebagai penglihatan. Agar dapat melihat, mata harus
menangkap pola pencahayaan di lingkungan sebagai “gambaran/bayangan optis” di
suatu lapisans sel peka sinar, retina, seperti kamera nondigital menangkap
bayangan pada film. Mata adalah struktur bulat berisi cairan yang dibungkus
oleh tiga lapisan. Dari bagian paling luar hingga bagian dalam, lapisan-lapisan
tersebut adalah skelera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina
(Sherwood, 2011).
Bagaimana
dengan koreksi miopi, hipermetropi, dan presbiopi?
1.
Koreksi
Miopi (Penglihatan Dekat/ Rabun Jauh)
Pada miopi (miopia) atau
“penglihatan dekat”, sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari objek
jauh difokuskan di depan retina. Keadaan ini biasanya akibat bola mata terlalu
panjang, tetapi dapat disebabkan daya bias sistem lensa yang terlalu kuat.
Tidak ada mekanisme bagi mata miopi
untuk mengurangi kekuatan lensanya sampai lebih kecil dari kekuatannya bila
otot siliaris dalam keadaan relaksasi sempurna. Pasien miopi tidak mempunyai
mekanisme untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh dengan jelas di retina.
Namun, bila objek terus didekatkan ke mata benda tersebut akhirnya menjadi
cukup dekat sehingga bayangan dapat difokuskan. Kemudian, bila objek terus
didekatkan ke mata, pasien miopi dapat menggunakan mekanisme akomodasi agar
bayangan yang terbentuk tetap terfokus dengan jeas. Seseorang dengan miopi
mempunyai “titik jauh” yang terbatas untuk penglihatan jelas.
Koreksi miopi dengan menggunakan
lensa konkaf (lensa cekung atau lensa minus). Cahaya yang melalui lensa konkaf akan
disebarkan. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias yang terlalu
besar, seperti pada miopi, kelebihan daya bias ini dapat dikoreksi dengan
meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata, yang akan menyebarkan berkas
cahaya. Biasanya kekuatan lensa konkaf yang diperlukan seseorang untuk
penglihatan jelas, ditentukan dengan cara “trial
and error”, yaitu mula-mula meletakkan sebuah lensa kuat dan kemudian
diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai diperoleh lensa
yang memberikan tajam penglihatan terbaik (Guyton & Hall, 2014).
1.
Koreksi
Hipermetropi (Penglihatan Jauh/Rabun Dekat)
Hipermetropi (hiperopia) dikenal
pula sebagai “penglihatan jauh”, biasanya akibat bola mata terlalu pendek, atau
kadang-kadang karena sistem lensa terlalu lemah. Untuk mengatasi kelainan ini,
otot siliaris berkontraksi untuk meningkatkan kekuatan lensa. Dengan
menggunakan mekanisme akomodasi, pasien hipermetropi/hiperopia dapat
memfokuskan bayangan dari objek jauh di retina. Bila pasien hanya menggunakan
sebagian dari kekuatan otot siliarisnya untuk melakukan akomodasi jarak jauh,
ia masih mempunyai sisa daya akomodasi, dan objek yang semakin mendekati mata
dapat juga terfokus jelas saat otot siliaris telah berkontraksi maksimum.
Pada orang dengan
hiperrmetropi/hiperopia yang mempunyai sistem lensa terlalu lemah penglihatan
abnormalnya dapat dikoreksi dengan menambahkan daya bias menggunakan lensa
konveks (lensa cembung/positif) di depan mata. Seperti pada miopi, biasanya
kekuatan lensa konveks yang diperlukan seseorang untuk penglihatan jelas,
ditentukan pula dengan cara “trial and error”, yaitu mula-mula meletakkan
sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih
lemah sampai diperoleh lensa yang memberikan tajam penglihatan terbaik (Guyton
& Hall, 2014).
1.
Koreksi
Presbiopi/Presbiopia
Koreksi presbiopi (hilangnya daya
akomodasi lensa). Dengan meningkatnya usia, lensa semain besar dan menebal
serta menjadi kurang elastis, sebagian disebabkan oleh denaturasi progresif
protein lensa. Kemampuan lensa untuk berubah bentuk akan berkurang seiring
dengan betambahnya usia. Daya akomodasi mata berkuarang dari 14 dioptri pada
usia anak-anak menjadi kurang dari 2 dioptri pada saat kita mencapai usia 45
sampai 50 tahun, kemudian daya akomodasi berkurang menjadi 0 dioptri pada usia
70 tahun. Sesudah itu, dapat dikatakan lensa hampir sama sekali tidak dapat
berakomodasi, dan keadaan itu disebut “presbiopi/presbiopia”.
Segera setelah mencapai keadaan
presbiopi, mata akan terfokus secara permanen pada suatu jarak yang konstan.
Jarak ini bergantung pada keadaan fisik mata orang tersebut. Mata tidak dapat
berakomodasi lagi untuk penglihatan dekat maupun jauh. Agar dapat melihat dekat
maupun juah dengan jelas, orang tersebut harus memakai kacamata bifokus, bagian
atas untu penglihatan jauh dan bagian bawah untuk penglihatan dekat. Misalnya
untuk membaca (Guyton & Hall, 2014).
Daftar
Pustaka :
Sherwood,
Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia.
Jakarta : EGC.
Guyton,
Arthur C & John Hall. 2014. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta: EGC.
https://www.google.com,
diakses 22 Desember 2014.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar