Kamis, 25 Desember 2014

Prinsip Koreksi Miopi, Hipermetropi, dan Presbiopi

PRINSIP KOREKSI MYOPI, HIPERMETROPI, PRESBIOPI
            Mata merupakan salah satu sistem indera yang berfungsi sebagai penglihatan. Agar dapat melihat, mata harus menangkap pola pencahayaan di lingkungan sebagai “gambaran/bayangan optis” di suatu lapisans sel peka sinar, retina, seperti kamera nondigital menangkap bayangan pada film. Mata adalah struktur bulat berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari bagian paling luar hingga bagian dalam, lapisan-lapisan tersebut adalah skelera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina (Sherwood, 2011).

 

 

Mekanisme melihat (https://www.google.com)


            Bagaimana dengan koreksi miopi, hipermetropi, dan presbiopi?
1.      Koreksi Miopi (Penglihatan Dekat/ Rabun Jauh)
            Pada miopi (miopia) atau “penglihatan dekat”, sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari objek jauh difokuskan di depan retina. Keadaan ini biasanya akibat bola mata terlalu panjang, tetapi dapat disebabkan daya bias sistem lensa yang terlalu kuat.
            Tidak ada mekanisme bagi mata miopi untuk mengurangi kekuatan lensanya sampai lebih kecil dari kekuatannya bila otot siliaris dalam keadaan relaksasi sempurna. Pasien miopi tidak mempunyai mekanisme untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh dengan jelas di retina. Namun, bila objek terus didekatkan ke mata benda tersebut akhirnya menjadi cukup dekat sehingga bayangan dapat difokuskan. Kemudian, bila objek terus didekatkan ke mata, pasien miopi dapat menggunakan mekanisme akomodasi agar bayangan yang terbentuk tetap terfokus dengan jeas. Seseorang dengan miopi mempunyai “titik jauh” yang terbatas untuk penglihatan jelas.
            Koreksi miopi dengan menggunakan lensa konkaf (lensa cekung atau lensa minus). Cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias yang terlalu besar, seperti pada miopi, kelebihan daya bias ini dapat dikoreksi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata, yang akan menyebarkan berkas cahaya. Biasanya kekuatan lensa konkaf yang diperlukan seseorang untuk penglihatan jelas, ditentukan dengan cara “trial and error”, yaitu mula-mula meletakkan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai diperoleh lensa yang memberikan tajam penglihatan terbaik (Guyton & Hall, 2014).

 

Gambar koreksi miopi/miopia dengan lensa konkaf (https://www.google.com) 


1.      Koreksi Hipermetropi (Penglihatan Jauh/Rabun Dekat)
            Hipermetropi (hiperopia) dikenal pula sebagai “penglihatan jauh”, biasanya akibat bola mata terlalu pendek, atau kadang-kadang karena sistem lensa terlalu lemah. Untuk mengatasi kelainan ini, otot siliaris berkontraksi untuk meningkatkan kekuatan lensa. Dengan menggunakan mekanisme akomodasi, pasien hipermetropi/hiperopia dapat memfokuskan bayangan dari objek jauh di retina. Bila pasien hanya menggunakan sebagian dari kekuatan otot siliarisnya untuk melakukan akomodasi jarak jauh, ia masih mempunyai sisa daya akomodasi, dan objek yang semakin mendekati mata dapat juga terfokus jelas saat otot siliaris telah berkontraksi maksimum.
            Pada orang dengan hiperrmetropi/hiperopia yang mempunyai sistem lensa terlalu lemah penglihatan abnormalnya dapat dikoreksi dengan menambahkan daya bias menggunakan lensa konveks (lensa cembung/positif) di depan mata. Seperti pada miopi, biasanya kekuatan lensa konveks yang diperlukan seseorang untuk penglihatan jelas, ditentukan pula dengan cara “trial and error”, yaitu mula-mula meletakkan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai diperoleh lensa yang memberikan tajam penglihatan terbaik (Guyton & Hall, 2014).

 

Gambar koreksi hipermetropi dengan lensa konveks (https://www.google.com)


1.      Koreksi Presbiopi/Presbiopia
            Koreksi presbiopi (hilangnya daya akomodasi lensa). Dengan meningkatnya usia, lensa semain besar dan menebal serta menjadi kurang elastis, sebagian disebabkan oleh denaturasi progresif protein lensa. Kemampuan lensa untuk berubah bentuk akan berkurang seiring dengan betambahnya usia. Daya akomodasi mata berkuarang dari 14 dioptri pada usia anak-anak menjadi kurang dari 2 dioptri pada saat kita mencapai usia 45 sampai 50 tahun, kemudian daya akomodasi berkurang menjadi 0 dioptri pada usia 70 tahun. Sesudah itu, dapat dikatakan lensa hampir sama sekali tidak dapat berakomodasi, dan keadaan itu disebut “presbiopi/presbiopia”.
            Segera setelah mencapai keadaan presbiopi, mata akan terfokus secara permanen pada suatu jarak yang konstan. Jarak ini bergantung pada keadaan fisik mata orang tersebut. Mata tidak dapat berakomodasi lagi untuk penglihatan dekat maupun jauh. Agar dapat melihat dekat maupun juah dengan jelas, orang tersebut harus memakai kacamata bifokus, bagian atas untu penglihatan jauh dan bagian bawah untuk penglihatan dekat. Misalnya untuk membaca (Guyton & Hall, 2014).




Gambar koreksi presbiopi dengan lensa bifokus (https://www.google.com)


Daftar Pustaka :
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur C & John Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta:    EGC.
https://www.google.com, diakses 22 Desember 2014.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar